Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Wacana Beserta Contoh Kalimatnya

Pengertian wacana beserta contoh kalimatnya


Pengertian Wacana Beserta Contoh Kalimatnya

Ruangbelajarlc - Dalam pembahasan kali ini, kami akan menerangkan perihal wacana. Dalam praktek berbahasa, ternyata kalimat hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar. Kalimat baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat yang berada di sekitarnya. 

Menurut tata bahasa tradisional, definisi kalimat yaitu susunan kata-kata yang teratur berisi pikiran yang lengkap. Dimana banyak sekali kita temukan  mengenai pengertian wacana yang berbeda-beda dari berbagai sumber yang ada.  

untuk itu, pada dasarnya dari semua pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. 

Di dalam wacana tersebut berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, dan bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar.

Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalam wacana sudah terbina kekohesian. Kekohesian adalah adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada didalam wacana.

Pengaitan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya pada suatu wacana tidak selalu harus menggunakan kata ganti. Karena pengaitan kalimat satu dan lainnya dapat melalui isi kalimat. 


Misalnya pada teks wacana berikut ini :

  1. Zaman Jepang melahirkan Chairil Anwar dan Idrus, masing-masing pembaharu puisi dan prosa. 
  2. Pembaharuan itu tidak berarti sekiranya hanya mengenai bentuk belaka, tapi dalam hal ini perubahan lahir itu berakar pada perubahan jiwa.
  3. Perubahan jiwa yang dimasak ke arah dewasa selama tiga setengah tahun tekanan mengenai pikiran dan perasaan serta keadaan ekonomi yang menggoncangkan seluruh watak manusia Indonesia.


Kekohesian pada wacana di atas dilakukan dengan mengulang kata pembaharu pada kalimat (1) dengan kata pembaharuan pada kalimat (2), serta mengulang frase perubahan jiwa pada kalimat (2) dan perubahan pada kalimat (3). 

Dengan adanya pengulangan unsur yang sama membuat wacana tersebut menjadi koherens. 

Tetapi ada pula wacana yang bersifat kohesif namun tidak koherens. Misalnya pada wacana di bawah ini yang membawa isi pada masing-masing kalimat.


  1. Lulusan IKIP dan FKIP dimaksudkan untuk menjadi guru SLP dan SLA di seluruh Indonesia.
  2. Indonesia adalah negara kepulauan, ada pulau yang besar dan ada pula pulau yang kecil. 
  3. Setiap pulau dihuni oleh suku bangsa yang berbeda adat istiadat dan bahasa daerahnya. 
  4. Eksistensi bahasa daerah dijamin dalam Undang-Undang Dasar ’45.


Keempat kalimat di atas memiliki isinya masing-masing, padahal wacana tersebut kohesif. 

  1. Kalimat (1) dan kalimat (2) dihubungkan dengan kata  Indonesia. 
  2. kalimat (2) dan kalimat (3) dihubungkan dengan kata pulau. 
  3. Sedangkan pada kalimat (3) 
  4. dan kalimat (4) dihubungkan dengan kata bahasa daerah. 


Dari wacana di atas,dapat kita simpulkan bahwa wacana tersebut bukan merupakan sebuah wacana yang baik. Sebab, tidak memiliki satu keutuhan isi pada sebuah ujaran. Hanya memenuhi persyaratan kohesif, tetapi tidak koherens. 

Maka dari itu, untuk membuat wacana yang baik harus kohesif dan koherens dengan menggunakan alat wacana baik berupa aspek gramatikal maupun aspek semantik. 


Alat wacana

Alat-alat gramatikal tersebut ada tiga cara, yaitu :

  1. menggunakan konjungsi,  alat untuk menghubung-hubungkan paragraf dengan paragraf.
  2. menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga pada bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang.
  3. menggunakan elipsis, yakni penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat lain.


Untuk aspek semantik dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu :

  1. menggunakan hubungan generik-spesifik atau pun sebaliknya.
  2. menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat.
  3. menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat.
  4. menggunakan hubungan sebab-akibat antara isi kedua bagian kalimat.
  5. menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat.
  6. menggunakan hubungan tujuan di dalam isi wacana.


Demikianlah untuk pembahasan kali ini mengenai wacana, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Sumber : Drs. Abdul Chaer.2003.Linguiatik Umum. Cetakan Kedua.Jakarta. PT. Rineka Cipta